BagusNews.Co – Seorang nelayan bernama Saepudin dari Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, mengungkapkan kekhawatirannya terkait kondisi Sungai Ciujung yang diduga tercemar limbah pabrik.
Ia menyatakan bahwa dampak dari pencemaran ini tidak hanya dirasakan oleh kehidupan laut dan pendapatan nelayan, tetapi juga berdampak langsung pada alat tangkap mereka, yaitu perahu kayu yang digunakan setiap hari.
Menurut Saepudin, kondisi Sungai Ciujung yang menghitam dan permukaannya yang berbau seperti bercak minyak menunjukkan adanya limbah berbahaya yang masuk ke dalam ekosistem sungai.
“Cuma nelayan tidak ada yang menyadari, tahunya limbah itu membunuh ikan, mandi juga susah, padahal kapal satu-satunya aset yang dimiliki untuk keseharian mencari nafkah terdampak juga,” kata Saepudin kepada wartawan, Senin, 16 Juni 2025.
Lebih lanjut, Saepudin menjelaskan bahwa zat kimia yang terkandung dalam limbah tersebut menyebabkan kerusakan pada perahu kayu mereka.
“Karena pori-pori kayu itu menyerap zat kimia yang ada di aliran Sungai Ciujung sehingga merapuhkan kayu perahu,” ujarnya.
Kerusakan ini membuat perahu menjadi rentan keropos dan akhirnya tidak lagi layak digunakan, yang secara langsung mempengaruhi penghasilan nelayan.
Ia pun menyesalkan kurangnya tindakan nyata dari pihak berwenang dalam menangani masalah ini. Menurutnya, pencemaran Sungai Ciujung sudah berlangsung selama puluhan tahun dan masyarakat mengetahui sumber limbah tersebut..
“Sudah puluhan tahun tercemar, masyarakat juga tahu ini limbah dari mana, cuma memang sampai saat ini tidak ada tindakan dari pemerintah,” katanya.
Saepudin berharap agar kondisi Sungai Ciujung dapat segera kembali normal sehingga para nelayan dapat kembali berlayar dengan aman dan mendapatkan ikan yang cukup.
“Harapnya ini kembali normal, bisa seperti dulu, nangkap ikan sangat mudah, kalau sekarang susah banget,” pungkasnya. (Red/Dwi)