BantenBlitz.Com – Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, mengalami bencana banjir yang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi pada Kamis, 6 Maret 2025.
Luapan Sungai Cidurian yang mulai meningkat sejak tengah malam menjadi penyebab utama terbawanya lumpur tanah ke permukiman warga, menciptakan situasi yang semakin mengkhawatirkan.
Berdasarkan pantauan BantenBlitz.Com di lokasi pada Jumat sore, 7 Maret 2025, terlihat puluhan rumah di Desa Rancasumur terdampak banjir yang diakibatkan oleh luapan sungai tersebut.
Warga tampak sibuk membersihkan sisa-sisa tanah dan lumpur dari rumah mereka, menggunakan serokan dan menyiramnya dengan selang.
Perabotan rumah tangga seperti kasur, karpet, kompor, kursi, dan barang-barang lainnya masih tergeletak di depan rumah, menunggu pembersihan lebih lanjut.
Situasi di sekitar dipenuhi dengan lumpur dan air cokelat, yang menjadi pekerjaan mendesak bagi warga Desa Rancasumur.
Tika, warga setempat, menjelaskan bahwa banjir semakin meluas akibat hujan lebat yang tidak kunjung reda sejak Kamis sore.
“Habis magrib tuh ya hujan enggak berhenti sampai malam hari, akhirnya begitu sungainya meluap dan masuk ke rumah-rumah warga,” ujarnya saat ditemui di lokasi banjir.
Lebih lanjut, Tika mengungkapkan bahwa ketinggian air di wilayah tersebut mencapai satu meter.
“Airnya itu setinggi jendela, sampai kompor, kasur, mejikom, segala macam itu ngambang,” ucapnya.
Tika juga menambahkan bahwa air mulai surut pada Jumat dini hari sekitar pukul 05.00 WIB.
“Jadi malamnya itu, habis surut, naik lagi, terus surut, naik lagi begitu. Benar-benar surut itu habis subuh,” tuturnya.
Dia menyebutkan bahwa banjir kali ini merupakan yang terparah sejak 15 tahun terakhir. Kondisi saat banjir terjadi sangat mengganggu waktu tidur warga.
“Jarang sebenarnya banjir di sini, mah, pokoknya baru tiga kali. Pertama tahun 2000, terus 2010, nah ini yang parah. Boro-boro mau sahur, kompornya saja pada mengambang. Jadi ya tidak puasa hari ini,” ungkapnya.
Tika berharap, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi sungai di wilayah tersebut agar banjir serupa tidak terulang.
“Pinginnya sih tidak terjadi lagi, capek bersihinnya. Ini saja dari subuh belum berhenti untuk bersih-bersih,” tandasnya.
Warga lainnya, Suhartini, mengaku merasa waswas setiap kali hujan turun. Hingga saat ini, menurutnya, warga Desa Rancasumur belum menerima bantuan dari pemerintah.
“Karena kan di depan ada kali besar, terus di belakang ada kali yang kecil. Jadi ya khawatir saja takut banjir, eh kejadian. Mudah-mudahan ada bantuan karena banyak warga yang tidak bisa bekerja karena sibuk mengurus rumahnya yang terkena banjir,” harapnya. (Red/Guntur)