BantenBlitz.com – Warga Desa Petir, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, dikejutkan dengan raibnya dana desa tahun anggaran 2025 yang diduga dibawa kabur oleh bendahara desa berinisial YL. Hilangnya dana miliaran rupiah tersebut membuat sejumlah program pembangunan terhenti, termasuk proyek jalan poros desa yang kini mangkrak dan menimbulkan kekecewaan mendalam di tengah masyarakat.
Hingga saat ini, keberadaan YL tidak diketahui dan sedang dilakukan pencarian keberadaan bendahara desa tersebut oleh warga serta aparat.
Warga Desa Petir, Anwar, menyatakan kekecewaannya karena selama bertahun-tahun mereka belum merasakan jalan yang layak.
Ia dan warga lainnya sempat merasa bahagia mendengar akan ada pembangunan, namun harapan tersebut pupus ketika dana desa sebesar miliaran rupiah raib tanpa jejak yang jelas.
“Kepala desa tidak bisa berbuat apa-apa, uangnya dibawa kabur. Kami sempat dengar dia lari ke Palembang, sementara istrinya masih ada di sini,” ujar Anwar kepada wartawan, Jumat, 2 Oktober 2025.
Ia bahkan sempat berencana menggelar aksi protes, namun akhirnya memilih menyelesaikan persoalan secara bersama-sama.
Sementara itu, Aosin, Ketua RT 12 RW 3 Kampung Garendong, juga mengungkapkan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa jalan yang akan dibangun merupakan akses vital bagi warga, termasuk anak sekolah, pengajian, dan petani menuju sawah.
“Harapannya segera dibangun, tapi dananya hilang,” katanya.
Aosin menambahkan bahwa masyarakat kecewa karena selama ini mereka belum menikmati jalan yang layak, dan dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan tersebut hilang secara misterius.
Kasus tersebut pertama kali terungkap pada 22 Agustus 2025, saat desa lain sudah menerima pencairan dana desa, sementara Desa Petir belum. Setelah dilakukan pengecekan, saldo kas desa ternyata kosong.
Elsa Saparudin, Kepala Seksi Pemerintahan Desa Petir, membenarkan adanya dugaan penyelewengan dana desa. Ia menyebutkan bahwa kerugian mencapai lebih dari Rp1 miliar yang direncanakan untuk pembangunan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya.
“Persisnya saya tidak tahu, tapi lebih dari Rp1 miliar. Itu murni dana desa semua,” ujarnya.
Elsa menjelaskan bahwa akibat dana yang hilang, sejumlah program desa mandek. Bantuan Langsung Tunai (BLT) hanya terealisasi selama enam bulan, sedangkan sisanya tidak bisa dicairkan.
Selain itu, anggaran untuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sekitar Rp59 juta juga hilang. Ia memperkirakan bahwa pembangunan tahun ini kemungkinan tidak bisa dilaksanakan dan baru bisa dilaksanakan tahun depan.
Elsa menambahkan, bahwa kasus tersebut pertama kali terungkap setelah dilakukan pengecekan rekening pada 22 Agustus 2025. Saat itu, desa lain sudah menerima pencairan dana, sementara Desa Petir saldo kasnya kosong.
Dana desa yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kegiatan sosial mengalir ke rekening YL, bahkan ada uang yang ditransfer ke rekening orang yang sudah meninggal sebanyak sekitar Rp300 juta dari dana desa. Elsa berharap agar kasus ini segera dituntaskan dan pelaku dihukum sesuai aturan yang berlaku.
“Tangkap saja pelakunya, hukum sesuai kesalahannya. Jangan sampai masyarakat terus jadi korban,” tegasnya. (Red/Dwi)