BantenBlitz.com – Peningkatan produktivitas pertanian dan efesiensi usaha tani sangat berpengaruh terhadap ketersedian air dan akses distribusi hasil panen. Sehingga, infrastruktur pertanian harus menjadi konsentrasi dalam memperkuat ketahanan pangan, baik di daerah maupun nasional. Hal itu dikatakan Andra Soni saat menghadiri Diskusi Publik Terfokus Jaringan Irigasi dan Jalan Usaha Tani untuk Penguatan Ketahanan Pangan di Provinsi Banten yang berlangsung di Gedung Negara Provinsi Banten, Jl Brigjen KH. Syam’un No.5, Kota Serang, pada Rabu, 2 Juli 2025.
“Pembahasan Jaringan Irigasi dan Jalan Usaha Tani (JUT) untuk penguatan ketahanan pangan ini sangat relevan dan strategis dalam menjawab tantangan pembangunan sektor pertanian kedepan, khususnya dalam memperkuat ketahanan pangan di daerah dan nasional,” ungkap Andra.
Andra Soni juga menuturkan Provinsi Banten memiliki potensi sumber daya alam dan pertanian yang luar biasa. Namun terdapat tantangan besar yang harus dihadapi dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan efesiensi usaha tani.
“Salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur pertanian yang memadai, seperti jaringan irigasi yang berfungsi baik dan jalan usaha tani yang memudahkan akses distrubusi hasil panen serta yang lainnya,” katanya.
Selain ketersediaan infrastruktur pertanian, kata Andra Soni, ketersediaan air dan keterjangkauan petani terhadap pupuk harus dapat dipastikan. Sebagai salah satu upaya peningkatkan ketahanan pangan.
“Pemprov Banten telah menetapkan penguatan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan, ini tidak bisa kita capai tanpa sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, akademi dan masyarakat serta petani,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Andra Soni menuturkan dalam rangka meningkatkan dan mendukung nilai tukar petani. Pemprov Banten pada tahun ini berencana membangun Jalan Usaha Tani (JUT) untuk membantu petani dalam mendistribusikan hasil taninya.
“Saya sangat berharap dukungan dari semua pihak terkait dengan upaya kita memberikan dan menghadirkan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya warga petani untuk bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada,” tuturnya.
Sementara, Anggota Ombudsman Republik Indonesia Yeka Hendra Fatika mengatakan pembangunan dan revitalisasi jaringan irigasi dan jalan usaha tani menjadi salah satu instrumen dalam mendongkrak serta memberikan efek yang menguatkan program ketahanan pangan.
“Jika jaringan irigasi di revitalisai dengan baik, ini akan mendongkat partisipasi masyarakat atau petani dalam meningkatkan intensitas tanam. Bahkan dapat mencetak sawah baru,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten Agus M Taguchid memastikan seluruh perencanaan sampai pelaksanaan program Jalan Usaha Tani (JUT) serta pembangunan irigasi tersier yang akan dilaksanakan sudah sejalan dengan komitmen pemerintah pusat dan peraturan perundang-undangan.
“Itu sudah kami mitigasi jauh-jauh hari bersama OPD teknis terkait yakni DPUPR Provinsi Banten,” kata Agus.
JUT ini merupakan salah satu dari delapan program unggulan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten dalam rangka menciptakan ketahanan pangan daerah. Oleh karena itu, dirinya sangat berhati-hati dalam perencanaan pelaksanaan program JUT ini.
Misalnya pada penetapan lokasi JUT, Agus memastikan lahan yang menjadi titik sasaran merupakan lahan persawahan yang tidak akan mengalami alih fungsi sebagaimana yang tertuang dalam RTRW. Kemudian pembangunan irigasi tersier juga ia pastikan aliran air di tingkat hulunya tersedia dengan baik.
“Itu sudah kami mitigasi jauh-jauh hari. Sehingga anggaran negara yang digunakan nanti benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya.
Sementara, Kepala DPUPR Provinsi Banten Arlan Marzan menilai, Jalan Usaha Tani (JUT) dapat memberikan dampak positif bagi para petani dalam menekan biaya angkut hasil tani.
“Ini dapat menekan biaya angkut hasil tani, dan semoga ini bisa membantu masyarakat, khususnya bagi para petani,” pungkasnya.(Red/Dede)